Fenomena Korean Wave: Dipuji sekaligus Dicaci

K-Pop adalah bagian dari Korean wave yang merupakan fenomena global yang dipuji sekaligus dicaci. Banyak orang memuji dan menjadi bagian dari  Korean wave, namun tidak sedikit yang mencaci maki sebagai sebuah industri budaya yang kosong dan tak berkelas.

Sejak kemunculannya lebih dari 18 tahun lalu, Korean Wave atau Hallyu tersebar di berbagai penjuru dunia, menjadikan Korea Selatan sebagai salah satu tujuan wisata yang harus dikunjungi setiap tahunnya. Tidak hanya itu, gelombang Korea juga menyumbang lebih dari 11,6 milyar dollar untuk GDP negaranya dan menjadi pemimpin pertumbuhan industri budaya sekaligus menempatkan Korea Selatan pada urutan ke 12 perekonomian terbesar dunia. 

EXO foto diambil dari sini

Korean wave sendiri pada dasarnya adalah perluasan budaya Korea mulai dari budaya tradisional, makanan, musik, bahasa, literature, dikelola sedemikian rupa untuk menumbuhkan antusiasme. Industri budaya adalah salah satu terminologi yang diutarakan oleh Adorno sebagai bentuk kritik terhadap industri massa pada saat itu. Adorno mengatakan bahwa industri budaya adalah sebuah kapitalisme baru dalam bentuk budaya yang diproduksi bukan semata-mata karena faktor ekonomi melainkan ada juga mekanisme budaya di dalamnya. Korean Wave mewakili definisi industri budaya sebenarnya yang dicetuskan di atas.

Ada banyak hal yang membuat budaya Korea memiliki posisi yang cukup kuat selama kurang lebih dari dua dekade, saya mencoba mengurainya berdasarkan sudut pandang pribadi:

Peran serta Pemerintah. 

Tidak dipungkiri bahwa peran serta pemerintah Korea Selatan cukup kuat dalam membangun Korean wave menjadi sebuah industri budaya. Jika ditelusuri lebih lanjut, Korean Wave memang sengaja dikonstruksikan sedemikan rupa oleh pemerintah Korea Selatan sebagai alat untuk mempromosikan Korea Selatan pada dunia terutama di benua Asia. 10 tahun lalu tidak banyak yang tahu tentang Korea Selatan atau bahkan image yang terbentuk tentang Korea Selatan selalu dikaitkan dengan perang terhadap Korea Utasa, dan berbagai stereotype negatif tentang Korea Selatan. Tetapi sekarang, siapa yang tidak tahu Korea Selatan?

Support pemerintah Korea Selatan dapat dilihat dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan dalam mendukung pertumbuhan industri budaya seperti pembiayaan, mengutamakan pertumbuhan industri-industri kreatif, dll. Industri televisi merupakan salah satu yang mendapat support besar dari pemerintah Korea, karena pemerintah sadar bahwa televisi akan membantu mentranslasikan Korea Selatan ke berbagai belahan dunia. Produk-produk budaya seperti musik, drama, film, makanan dan bahasa dikelola menjadi sebuah produk media yang layak tonton.  Beberapa bahkan menimbulkan adiksi yang luar biasa.

Siapa sih yang tidak kenal Gong Yoo, Park Shin Yee, Rain, BTS, Exo, Super Junior, ataupun Kimchi?

Dedikasi

Jika berbicara tentang dedikasi, jangan pernah meragukan Korea Selatan. Dedikasi dalam membangun Korean Wave bisa dibilang tidak main-main. Semua lini, pemerintah, pelaku bisnis, dan pekerja-pekerja seni yang terlibat memiliki dedikasi yang boleh dibilang cukup tinggi.

Saya mencoba mencontohkan bagaimana talent scouting dilakukan oleh agen entertainment atau televisi itu sendiri dalam meminang dan menyaring pekerja-pekerja seni mereka. Rentetan audisi yang dilakukan tidak hanya di dalam negeri saja, melainkan juga dari luar negeri. Ada banyak sekali penyanyi, pemain film yang terkenal di Korea Selatan berasal dari luar negeri seperti Thailand, China, Amerika, dan bahkan Indonesia.

Selain itu, tidak mudah bagi seseorang untuk melakukan debut hiburan di Korea Selatan. Seorang penyanyi harus menjadi trainee terlebih dahulu sebelum memulai debutnya. Waktu trainee tergantung, bisa 2 tahun, 3 tahun, bahkan 5 tahun pada sebuah agency yang menaunginya. Bahkan ada yang mulai belajar dari usia 14 tahun dan baru debut pada usia 20 tahun. Oleh sebab itu, penyanyi di Korea Selatan adalah seseorang yang tidak sekedar bisa menyanyi melainkan punya kualitas suara yang tidak diragukan lagi. Menari, menyanyi, main musik, berakting adalah paket yang harus mereka kuasai.  Mereka disiapkan untuk benar-benar terjun dan hidup dari industri hiburan tersebut.

Masih ragu? Coba dengerin suara Ailee, CN Blue, FT Island, G-Dragon, musikalitasnya juara atau tonton ketika mereka konser, pasti akan langsung tahu bahwa mereka bukan produk instant.

Hal yang sama juga berlaku untuk industri film, ada banyak film berkualitas yang diproduksi oleh Korea Selatan dan termasuk film-film blockbuster seperti Train to Busan, Battleship Island, The Prison, The Suspect, dll.

Train To Busan gambar diambil dari sini

Industri Intelektual

Kenapa saya menyebutnya industri Intelektual? Karena hampir semua pekerja seni di Korea Selatan minimal lulus S1. Iya Sarjana! Bahkan ada juga yang lulusan S2 Universitas ternama seperti Tablo, rapper Epik High yang lulusan S2 Stanford University jurusan Literature dan sudah punya 2 buku keren berjudul Pieces of You dan Blonote. Atau Roy Kim, penyanyi sekaligus gitaris yang Tengah meneruskan S2 Sosiologi di Amerika, Ok Taecyoen member 2PM, Key Shinee dan ada juga yang kuliah sampe S3, seperti Xiumin Exo,  Changmin TVXQ, dan masih banyak lagi daftar yang bisa saya bagi tentang bagaimana pekerja seni di Korea Selatan mempedulikan pendidikan mereka.

Menguasai minimal 2 Bahasa adalah syarat wajib bagi mereka. Umumnya yang mereka kuasai adalah Inggris dan Korea, Jepang dan Korea, Mandarin dan Korea, bahkan ada banyak artis di Korea yang dapat berbicara lebih dari 3 bahasa. Seperti Sandara Park yang menguasai 5 bahasa, Seungri Big Bang dengan 4 bahasa, Henry Suju 6 bahasa sekaligus, Ok Taecyon 4 bahasa, dll. Itu sebabnya para K-Idol (sebutan untuk artis Korea ) gampang dengan mudah masuk ke pasar Internasional. Because they’re earn it.

Integrasi media dan teknologi

Dari pertama kali muncul, gelombang Korea memang mengalami berbagai tranfromasi dan perubahan. Pada Korean Wave generasi pertama, televisi banyak dimanfaatkan untuk turut menyebarkan budaya mereka, dengan target  benua Asia saja.  Namun sekarang ini Korean wave memasuki fase Korean Wave 2.0. Korea Selatan sadar sepenuhnya bahwa media sosial dan teknologi digital, memiliki peran yang sangat signifikan untuk mendukung popularitas budaya Korea Selatan di banyak negara. Media sosial atau yang lebih dikenal sebagai SNS di Korea Selatan adalah mesin yang membantu Korea Selatan untuk mengukuhkan penetrasi mereka di seluruh dunia, tidak hanya alur produksi namun juga konsumsi. Integrasi inilah yang membuat Korean wave makin hari makin banyak diminati dan mendapatkan popularitas yang tinggi.

Nah Ini Favorite Saya – gambar dari sini

Korean wave memang sebuah fenomena global yang tidak bisa dipandang secara remeh. Korean  wave muncul sebagai hasil dari pemikiran mendalam tentang masa depan Korea Selatan. Meskipun ada banyak hal negatif yang muncul seperti munculnya penjajahan baru dalam bentuk budaya, namum gelombang Korea memberikan contoh bahwa sebuah budaya yang dikelola sedemikian rupa dapat menjadi sebuah industri yang memberikan pengaruh signifikansi bagi pertumbuhan ekonomi sebuah negara dan diakui di negara barat.

Satu hal yang membuat saya tertarik dan ingin melakukan pengamatan lebih jauh adalah, bagaimana dalam setiap produk-produk industri budaya Korea contohnya musik, drama, film dan produk televisi lainnya, pemerintah berusaha sedemikian rupa untuk menguatkan brand-brand lokal mereka seperti Hyundai, Samsung, untuk menjadi produk-produk kelas dunia.

Jadi kalau masih ada yang bilang Korean wave adalah sesuatu yang receh, sini kasih tahu saya budaya yang ngga receh itu seperti apa?

10 thoughts on “Fenomena Korean Wave: Dipuji sekaligus Dicaci

  1. ada sebagian orang yg meremehkan karena itu “korea” ya..yang dulunya kurang terkenal dalam dunia hiburan. tapi nyatanya mereka kerja sekeras itu untuk membuat gelombang dahsyat yg sampe dunia barat juga mulai mengakui. itu sih udah WOW banget ya.

    Like

    1. lulus kok, meski lulusnya lama, kayak Lee Sang Yoon itu lulus sebagai sarjana Fisika setelah cuti 2 kali dan butuh waktu hampir 7 tahun.

      Like

  2. Satu hal yang saya suka sekali dari (industri musik) KPop: mereka murah hati memanfaatkan Youtube. Bener2 tujuannya supaya klip2 mereka bisa diakses gratis seluas mungkin.

    Like

  3. Aku adalah salah satu dari sebagian orang yang menghindari hiburan berbau Korea. Bukan karena ga bagus, bukan karena ga cocok, tapi lebih ga mau cocok aja. Banyak betul temenku yang cerita, kalau sudah “tenggelam” dan kenal budayanya, sulit sekali buat “sadar” lagi. Korea-korean itu semacam candu, ngikutin lagu, ngikutin band, ngikutin drama.

    Aku memutuskan nggak ikutan, daripada kecanduan. #cemen

    Like

  4. wah, dulu aku penggila Korea banget, dramanya, filmnya, girl atau boy band-nya sampai baju-bajunya juga.
    cuma seiring waktu, sibuk kerja, dll sampe lupa gimana sekarang kabar Korean Wave di Indonesia. dan ternyata masih sangat sangat tenar ya kak.
    terima kasih buat sharingnya 🙂

    salam kenal,
    ceritaliana.com

    Like

  5. Wuih lengkap ulasannya hahaha.
    Keren emang ya, semua direncanakan sejak jauh-jauh hari. Blue print-nya kelihatan banget.

    Sayang, saya masih belum tertarik walaupun juga tidak memusuhi x)))

    Like

Leave a comment